Contoh Proposal Tesis IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Proposal Tesis ini adalah karya dari salah satu Mahasiswa Pasca Sarjana IAIN Syekh Nurjati yang telah lulus pada Tahun 2013 Judul Proposal "Kepemimpinan Kepala Madrasah Dan Iklim Kerja Kaitanya Dengan Kinerja Guru Di  Ma Salafiyah Kanggraksan Harjamukti Kota Cirebon"
Contoh Proposal Tesis:
 

BAB I

PENDAHULUAN

 

 

A.      Latar Belakang Masalah

 

Perubahan dari sentralisasi ke desentralisasi yayasan terjadi pula dalam pengelolaan pendidikan, artinya hal ini telah membuat adanya pelimpahan wewenang dalam pengelolaan pendidikan dari pemerintah pusat ke yayasan yang menempatkan Kabupaten/Kota sebagai sentra desentralisasi. Pergeseran kewenangan ini berkaitan erat dengan konsentrasi perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan dalam pengelolaan pendidikan di madrasah. Ini berarti adanya pelimpahan wewenang kepada masyarakat atau pihak-pihak yang berkepentingan dengan pendidikan (stakeholder pendidikan) untuk ikut serta bertanggung jawab dalam memajukan madrasah.

Ada beberapa hal yang mendasari perubahan paradigma penyelenggaraan pendidikan di Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik. Pertama, sistem penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan secara sentralistik menyebabkan tingginya ketergantungan kepada keputusan birokrasi. Padahal, kebijakan pusat itu kerap terlalu umum dan kurang sesuai dengan situasi dan sekolah. Akibatnya, sekolah pun menjadi kehilangan kemandirian, inisiatif, dan kreativitas yang pada akhirnya berdampak pada kurangnya motivasi untuk mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan dan tata layanan pendidikan di sekolah.

Kedua, kebijakan penyelenggaraan pendidikan terlalu berorientasi pada keluaran pendidikan (output) dan masukan (input), sehingga kurang memperhatikan proses pendidikan itu sendiri. Ketiga, peran serta masyarakat terutama orangtua peserta didik dalam penyelenggaraan pendidikan masih kurang.

Berdasarkan kelemahan-kelamahan tersebut di atas, perlu dilakukan reorientasi penyelenggaraan pendidikan yang sentralistik menuju desentralistik melalui penerapan manajemen berbasis sekolah. Konsep MBS merupakan salah satu kebijakan nasional yang dituangkan dalam undang-undang nomor 25 tahun 2000 tentang rencana strategis pembangunan nasional dan termuat secara jelas dalam undang-undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003.

Dalam sebuah organisai, kesuksesan atau kegagalan dalam tugas dan penyelengaraanya, dipengaruhi oleh kepemimpinan dan didukung oleh kapasitas organisasi yang memadai, maka penyelengaraan tata organisasi yang baik akan terwujud, sebaliknya kelemahan kepemimpinan merupakan salah satu sebab keruntuhan kerja organisasi tersebut (Istianto, 2009:2)

Dengan demikan maka dapatlah di pahami bahwa baik buruknya suatu organisasi sebenarnya berkaitan erat dengan kepemimpinan, jika kepemimpinan dari seorang pemimpin dalam mengatur atau memanejemen organisasi baik, maka baik pulalah organisasi tersebut, demikian juga sebaliknya.

Begitupun juga dalam mengimplementasikan manajemen berbasis sekolah / madrasah, dalam organisasi pendidikan (Sekolah atau Madrasah) di dalamnya membutuhkan kepemimpinan yang baik, sebab dengan adanya kepemimpinan yang baik dari seorang kepala sekolah atau madrasah, tentunya akan berpengaruh terhadap terlaksanaya program-program pendidikan yang direncanakan.

Dalam upaya mewujudkan kepemimpinan yang efektif, maka kepemimpinan tersebut harus dijalankan sesuai dengan fungsinya. Sehubungan dengan hal tersebut, menurut Nawawi (2005:74), fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam,bukan berada di luar situasi itu. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian didalam situasi sosial kelompok atau organisasinya. Fungsi kepemimpinan menurut Hadari Nawawi memiliki dua dimensi yaitu

1.    Dimensi yang berhubungan dengan tingkat kemampuan mengarahkan dalam tindakan atau aktivitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-orang yang di pimpinya.

2.    Dimensi yang berkenan dengan tingkat dukungan atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok atau organisasi, yang di jabarkan dan dimanifestasikan melalui keputusan-keputusan dan kebijakan pemimpin.

Dengan demikian jika dalam pelaksanaan kepemimpinan dari seorang kepala sekolah / madrasah mampu melaksanakan tugasnya dengan baik tentunya akan berimbas kepada baiknya kinerja sekolah, yang meliputi, para guru, pegawai tata usaha, dan lain sebagainya, sehingga pada akhirnya nanti, akan dapat menyukseskan jalanya pendidikan dan tentunya pada akhirnya nanti dapat mencapai tujuan pendidikan yang telah direncanakan sekolah.

Maju atau mundurnya suatu sekolah atau madrasah, sangat ditentukan oleh kepemimpinan kepala sekolah atau madrasah, termasuk dalam hal ini peningkatan kinerja guru, agar guru dapat melaksanakan tugas, tanggung jawab dan kewajiban secara efektif. Dengan demikian kepala madrasah memiliki peran sebagai pusat penggerak organisasi, sehingga dituntut mampu mengarahkan seluruh sumber daya yang tersedia agar dapat mewujudkan tujuan madrasah secara efektif dan efisien. Berkembangnya semangat kerja, kerjasama yang harmonis, minat terhadap perkembangan kualitas profesional guru banyak ditentukan oleh pelaksanaan tugas kepala madrasah.

Kepala madrasah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana serta prasarana. Betapapun sempurnanya atau baiknya kurikulum, tersedianya fasilitas pengajaran yang memadai, tetapi jika kepala sekolah atau madrasah yang merasa sebagai pelaksana saja, tidak mampu melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin pendidikan, maka keberhasilan peningkatan mutu pendidikan pada level madrasah akan sulit untuk terwujud.

Untuk menjalankan fungsinya secara maksimal, tentunya kepala madrasah harus memiliki keterampilan manajerial yang memadai, sehingga potensi yang dimiliki madrasah dapat diberdayakan ke arah peningkatan kinerja guru.

Katz dan Mann yang dikutip Idochi Anwar (2010:33) mengemukakan ada tiga keterampilan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah atau madrasah, yakni :

1.      Keterampilan konseptual (conceptual skill).

Keterampilan ini berkenaan dengan kemampuan membuat keputusan dan melihat hubungan-hubungan penting dalam mencapai tujuan.

2.      Keterampilan teknis (technical).

Keterampilan ini berkenaan dengan pengetahuan khusus yang diperlukan untuk menginformasikan fungsi-fungsi pokok atau tugas-tugas yang berkenaan dengan posisi pembina.

3.      Keterampilan hubungan kemanusiaan (human relation skill). Keterampilan ini berkenaan dengan kemampuan kepala Madrasah dalam bekerja sama dengan orang lain dan memotivasi mereka agar bersungguh-sungguh dalam bekerja.

Dengan demikian jelaslah bahwa ketiga kemampuan dasar tersebut mutlak dimiliki oleh setiap kepala madrasah dalam melaksanakan tugasnya. pelaksanaan tugas kepala madrasah dapat dikatakan efektif apabila dapat mewujudkan madrasah yang bermutu.

Kontrol atau evaluasi terhadap kinerja guru adalah merupakan salah satu tugas dari kepala sekolah atau madrasah, sebab hal ini masuk pada dimensi yang berhubungan dengan tingkat kemampuan mengarahkan dalam tindakan atau aktivitas pemimpin. Selain itu juga sebagaimana yang dijelaskan oleh Anderson (2004:198) dalam bukunya “Teknik memimpin pegawai dan pekerja” menyatakan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kenerja adalah sebagaimana berikut :

“ Pada dasarnya kinerja dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor individu dan faktor situasi. Pada faktor individu jika seseorang melihat kinerja yang tinggi merupakan jalur untukmemenuhi kebutuhanya, maka ia akan mengikuti jalur tersebut. Sedangkan faktor situasi menyebutkan bahwa kinerja merupakan hasil interaksi antara motivasi dengan kemampuan dasar. Jika motivasi tinggi tapi kemampuan dasar rendah maka kinerja akan rendah dan jika kemampuan tinggi tetapi motivasi yang dimiliki rendah maka kinerjapun akan rendah, atau sebaliknya “

Melihat dari pendapat Anderson tersebut dapat diketahui bahwa motivasi merupakan salah satu unsur penggerak dalam kinerja, adapun sehubungan dengan kinerja guru, maka dapat juga penulis menarik kesimpulan bahwa, kinerja guru berhubungan erat dengan motivasi diri dalam bekerja, dan sebagaimana diketahui juga bahwa motivasi itu bisa datang dari luar diri individu, sehubungan denga hal tersebut maka sesungguhnya kepala sekolah dapat menjadi motivator penggerak kinerja guru, sebab fungsi pokok dan ketrampilan utama seorang kepala sekolah atau madrasah adalah mampu memotivasi bawahanya (guru), seperti mengarahkan, memperingatkan, mengevaluasi dan lain sebagainya, selain juga kepala sekolah yang bertanggung jawab atas kemampuan dasar guru (kompetensi guru) yang dipekerjakanya.

Selain daripada itu, hal lain yang dapat mempengaruhi kinerja guru adalah iklim kerja, iklm kerja yang dimaksud adalah suasana, kekuatan, dan potensi yang dimiliki oleh suatu kerja serta dapat dipikirkan dan dirasakan oleh orang yang berada dalam kerja.

Terdapat beberapa unsur-unsur yang membentuk iklim sekolah yang dipengaruhi oleh kepuasan kerja dan motivasi kerja (Davis & Nenewstrom:22), yaitu, budaya meliputi psiko-sosial, karateristik, norma, system keyakinan, dan nilai-nilai, ekologi meliputi: factor fisik/mental, ukuran bangunan, desain bangunan, dan teknologi kerja meliputi: struktur kerja, program pengajaran, prkrtik pengambilan keputusan, dan pola komunikasi. Hal- hal tersebutlah yag nantiya disebut dengan iklim kerja yang dipastikan dapat mempengaruhi kinerja.

Kepemimpinan kepala madrasah, MA Assalafiyah Kanggraksan Kota Cirebon berdasarkan hasil observasi penulis, amatlah baik hal ini terbukti dengan selalu hadirnya kepala madrasah di lingkungan MA Salafiyah, seringnya kepala sekolah memberikan intruksi kepada jajaran bawahanya untuk bekerja dengan benar, menerapkan sangsi bagi para guru yang kinerjanya kurang baik, memberikan reward bagi para guru yang kinerjanya baik apakah itu reward dalam bentuk pujian, penghargaan maupun yang berbentuk benda, hal-hal demikian itu penulis dapati dari hasil observasi dan wawancara awal dengan beberapa guru di MA Salafiyah Kanggraksan Kota Cirebon

Mengenai iklim kerja dilingkungan MA Salafiyah sendiri berdasarkan pengamatan menulis mengindikasikan bahwa iklim kerja di sekolah tersebut terbilang baik, sebab secara kuantitas, lingkungan kerja dan fasilitas yang ada di sekolah tersebut termasuk di dalamnya ruangan guru tergolong baik .Selain itu juga iklim kerja yang berkenaan dengan struktur kerja, program pengajaran, prkrtik pengambilan keputusan, dan pola komunikasi yang ada dalam sekolah tersebut, menurut beberapa guru dinyatakan baik.

Berdasarkan kenyataan dua aspek di atas (Kepemimpinan kepala madrasah yang baik dan iklim kerja yang baik) dapatlah dipahami bahwa baiknya dua hal tersebut membawa kebaikan pula pada kinerja guru, sebab sebagaimana yang telah dinyatakan dalam paragrap-paragrap sebelumnya bahwa memang pada dasarnya kepemimpinan yang baik dari seorang kepala madrasah dan iklim kerja yang baik dapat mendorong atau mempengaruhi baiknya kinerja guru, namun demikian setelah penulis melakukan observasi dan pengamatan terhadap kinerja guru di MA Salaifiyah Kanggraksan Kota Cirebon ternyata kinerja guru menurut pandangan penulis kurang baik, indikasi mengenai hal tersebut penulis dapati dari absensi kehadiran guru yang sering tidak hadir, anggapan siswa mengenai cara pengajaran guru yang kurang efektif, serta hubungan antara siswa yang kurang harmonis dengan guru. Melihat dari gejala seperti ini, penulis menganggap hal tersebut adalah sebuat masalah penelitian sebab ternyata dalam kenyataan yang terjadi di MA Salafiyah Kanggraksan Harjamukti Kota Cirebon ternyata menggambarkan tidak adanya hubungan antara kepemimpinan kepala madrasah dan iklim kerja dengan peningkatan kinerja guru, padahal secara nyata-nyata dalam pandangan teoritis keduanaya (kepemimpinan kepala sekolah yang baik dan ikilim kerja yang baik) sesungguhnya berhubungan dan berpengaruh kepada baiknya kinerja guru.

Berlandsakan latar belakang masalah tersebut penulis merasa terdorong untuk mengkaji dan meneliti masalah kepemimpinan kepala madrasah dan ikilim kerja serta hubunganya dengan kinerja guru secara lebih mendalam. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis melakukan penelitian studi kasus dengan judul Kepemimpinan Kepala Madrasah Dan Iklim Kerja Kaitanya Dengan Kinerja Guru Di MA Salafiyah Kanggraksan Harjamukti Kota Cirebon

 

B.       Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam Tesis ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:

1.   Identifikasi Masalah

a.    Wilayah Kajian Penelitian

Wilayah kajian penelitian dalam tesis ini adalah bidang kepemimpinan pendidikan.

b.   Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan empirik ( field research ) yaitu penelitian lapangan tentang kepemimpinan kepala madrasah dan iklim kerja serta hubunganya dengan kinerja guru Madrasah Aliyah Salafiyah Kanggraksan Harjamukti Kota Cirebon

c.    Jenis Masalah

Jenis masalah dalam penelitian ini adalah ketidak seusuaian antara teori pembahasan yang menyatakan kepemimpinan dan iklim kerja yang berhubungan dengan kinerja guru dengan kenyataan di lapangan.

2.   Pembatasan Masalah

Untuk membatasi agar pembahasan dalam tesis ini tidak meluas tetapi tegas dan sistematis, maka tesis ini difokuskan pada permasalahan kepemimpinan kepala madrasah dan iklim kerja serta hubunganya dengan kinerja guru di Madrasah Aliyah Salafiyah Kanggraksan Harjamukti Kota Cirebon.

3.    Pertanyaan Penelitian

Untuk lebih memudahkan pembahasan masalah dalam penelitian ini, secara bertahap masalah pokok tersebut akan dianalisis sebagai berikut:

1.   Bagaimana kepemimpinan kepala madrasah di MA Salafiyah Kanggraksan Harjamukti Kota Cirebon?

2.   Bagaimana iklim kerja di MA Salafiyah Kanggraksan Harjamukti Kota Cirebon?

3.   Bagaimana kinerja guru di MA Salafiyah Kanggraksan Harjamukti Kota Cirebon?

4.   Seberapa besar hubungan antra kepemimpinan kepala madrasah dan iklim kerja dengan kinerja guru di MA Salafiyah Kanggraksan Harjamukti Kota Cirebon?

 

C.      Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1.    Untuk menjelaskan bagaimana kepemimpinan kepala madrasah di MA Salafiyah Kanggraksan Harjamukti Kota Cirebon

2.    Untuk menjelaskan bagaimana iklim kerja di MA Salafiyah Kanggraksan Harjamukti Kota Cirebon

3.    Untuk menjelaskan bagaimana kinerja guru di MA Salafiyah Kanggraksan Harjamukti Kota Cirebon?

4.    Untuk menjelaskan seberapa besar hubungan antra kepemimpinan kepala madrasah dan iklim kerja dengan kinerja guru di MA Salafiyah Kanggraksan Harjamukti Kota Cirebon.

 

D.      Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian, dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat. Adapun manfaat yang ingin dicapai oleh penulis adalah untuk mengembangkan kemampuan penulis melalui karya ilmiah (Tesis) ini, terutama dalam menganalisa permasalahan yang terjadi dalam manjeman pendidikan yang diterapkan disekolah, untuk dapat memberikan masukan yang berguna bagi instansi terkait, juga diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat pada Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Pasca Sarjana IAIN Syekh Nur Jati Cirebon. Selain itu juuga penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk melengkapi ragam penelitian yang telah dilakukan oleh para mahasiswa serta dapat menjadi bahan masukan bagi fakultas dan diharapkan juga menjadi referensi tambahan bagi mahasiswa dimasa yang akan datang.

 

E.       Kerangka Pemikiran

Kepemimpinan dalam suatu organisai pendidikan merupakan suatu faktor yang menentukan atas berhasilnya suatu organisasi atau uaha, sebab kempemimpinan yang sukses, menunjukan bahwa pengelolaan suatu organisasi berhasil.

Kepemimpinan yang ditetapkan oleh seorang meneger atau kepala dalam sebuah organisasi dapat memberikan integrasi yang serasi dan mendorong gairah kerja pegawai untuk mencapai sasaran yang maksimal.

Begitupun dalam bidang pendidikan, kepala madrasah dituntut mampu melaksanakan kepemimpinan dengan baik, sebab manjemen berbasis sekolah sudah melimpahkan tanggung jawab pengurusan sekolah ada dalam pihak sekolah yang bersangkutan

Nawawi (2005 :74), berpandangan bahwa pada dasaranya fungsi-fungsi kepemimpinan terbagi kedalam lima jenis fungsi yaitu :

1.    Fungsi instruktif (berkenaan dengan kemampuan pemimpin dalam menginstrusikan sesuatu kepada bawahanya)

2.    Fungsi konsultatif (berkenaan kemampuan pemimpin dalam mengkonsultasikan gagasan dan agenda dalam suatu organisasi)

3.    Fungsi partisipasi (kemampuan pemimpin dalam mengajak bawahanya untuk ikut berpartisipasi terhaap tujuan dari sesuatu yang direncanakan bersama)

4.    Fungsi delegasi (berkenaan dengan kemampuan pemimpin dalam mengangkat delegasi atau bawahan)

5.    Fungsi pengendalian (berkenaan dengan kemampuan pengendalian pemimpin dalam keefektivitasan kerja)

Dari kelima fungsi kepemimpinan itu sebenarnya gambaran tentang baiknya suatu kepemimpinan kepala madrasah dapat dilihat, artinya jika kepala madrasah dalam memimpin melaksanakan lima pokok fungsi tersebut maka dapat dipastikan kepemimpianaya sebagai kepala madrasah sangatlah baik

Faktor-faktor kepemimpinan dituntut memiliki pengetahuan tentang sayarat-syarat untuk menjadi pemimpin, hal ini sesuai dengan pendapat Kartini Kartono dalam bukunya “ Pemimpin dan kepemimpinan” bahwa konsep mengenai kepemimpinan itu harus selalu dikaitkan dengan tiga hal penting yaitu :

1.    Kekuasaan ialah otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pimpinan guna mempengaruhi dan menggerakan bawahan untuk berbuat sesuatu

2.    Kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan, keutamaan,sehingga orang mampu “ Membawahi “ atau mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh pada pemimpin, dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.

3.    Kemampuan ialah segala daya, kesangupan,kekuatan dan kecakapan-kecakapan, ketrempilan, teknis maupun social yang dianggap melebihi dari kemampuan anggota biasa. (Kartono, 2004 :36)

 

Syarat-syarat kepemimpinan di atas, merupakan sejumlah bakat yang memungkinkan bagi seseorang menjadi pemimpin yang kuat dan berhasil dalam melaksanakan tugas –tugas kepemimpinanya. dengan demikian maka jika kepala madrasah dalam hal ini sesuai syarat-sayarat kepimimpinan dan menjalankan fungsinya sebagai kepala madrasah tentunya paa gilianya akan dapat memotivator kinerja pegawai madrasah (staf dan guru)

Sedangkan baik buruknya suatu kinerja pada dasarnya juga dipengaruhi oleh beberapa hal, dan pada dasarnya kinerja itu berkaitan dengan faktor-faktor penentu yaitu faktor individu dan faktor situasi (N.H Anderson,2004:598).

Dengan demikian bahwa dapat diketahui, baik maupun buruknya kinerja guru dalam sekolah berkaitan erat dengan faktor individu dan faktor situasi, faktor situasi ini berhubungan erat dengan kepemimpinan kepala madrasah dan iklim kerja, dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa kepemimpinan kepala madrasah dan iklim kerja berdampak atau berhubungan erat dengan kinerja guru. Atau dengan kata lain jika kepemimpinan kepala madrasah itu baik dan iklim kerja dalam sekolah juga baik maka dipastikan kinerja guru baik pula.

Adapun landasan berpikir peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah bahwa variabel kepemimpinan kepala madrasah sebagai X1 dan iklim kerja sebagai variabel X2 dan variabel kinerja guru di MA Salafiyah Kanggraksan Harjamukti Kota Cirebon sebagai Y atau bahasan dalam tema utama, adapun kerangka paradigma penelitian serta desain yang menjadi landasan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar.1.1.

Korelasi Ganda (Multiple Corelate)

 

 

 

 

 

 

 

 

 


X1

Kepemimpinan kepala sekolah (Variabel Bebas)

X2

Iklim Kerja (Variabel Bebas)

Y

Kinerja Guru (Variabel Terikat)

 

 

Berdasarkan gambar di atas kemudian penulis merekonstruksi kerangka pemikiran bahwa Variabel X1 (Kepemimpinan kepala madrasah) dan variabel X2 (Iklim Kerja) memberikan kuatnya hubungan dua variabel secara bersama-sama kepada variabel Y (Kinerja Guru).

 

F.       Hipotesis

 

Kerlinger (1973) dan Tuckman (1982) yang dikutip oleh Riduwan menyatakan dalam bukunya yang berjudul “ Dasar-dasar statistika” bahwa hipotesis adalah dugaan terhaap hubungan antar dua variabel atau lebih, sementara menurut sudjana (1992) menyatakan bahwa hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal yang sering dituntut untuk melakukan pengecekan. (Riduwan,2010:162)

Hal ini jelas bahwa sudjana mengatakan asumsi atau dugaan yang bersifat umum sedangkan klinger dan tuckman lebih khusus lagi mengenai arti hipotesis menjadi dugaan antara dua variabel atau lebih. Atas dasar defenisi di atas, sehingga dapat diartikan bahwa hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang harus diujilagi kebenaranya. Dan beradsarkan latar belakang masalah dan kerangka pemikiran yang telah dibahas maka, hipotesis yang timbul dalam penelitian ini adalah:

Ha

:

Diduga ada hubungan yang signifikan antara kepemimpinan kepala madrasah dan iklim kerja dengan kinerja guru MA Salafiyah Kanggraksan Harjamukti Kota Cirebon

H0

:

Diduga tidak ada hubungan yang signifikan antara kepemimpinan kepala madrasah dan iklim kerja dengan kinerja guru MA Salafiyah Kanggraksan Harjamukti Kota Cirebon

 

Namun demikin dalam hal ini, untuk sementara waktu sebelum ditemukanya penemuan baru dari analis statistik, penulis mengajukan hipotesis berdasrkan latar belakang penelitian yaitu “diduga tidak ada hubungan yang signifikan antara kepemimpinan kepala madrasah dan iklim kerja dengan kinerja guru MA Salafiyah Kanggraksan Harjamukti Kota Cirebon “

 

G.      Sistematika Penulisan

Untuk memberikan representative penelitian terarah dan jelas, maka sistematika penulisan tesis ini disusun sebagai berikut:

BAB pertama: PENDAHULUAN.

Dalam bab satu ini penulis akan menjelaskan apa yang menjadi, latar belakang masalah penelitian,kemudian dilakukan identifikasi dan perumusan masalah dan dari situ maka ditetapkan tujuan penelitian yang akan di gambarkan manfaat penelitian pada penilitian, kemudian selanjutnya dibahas kerangka pemikiran, hipotesis dan sistematika penulisan.

BAB kedua : KAJIAN TEORI MENGENAI KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH, IKLIM KERJA DAN KINERJA GURU

Pada bab dua penulis akan menyajikan kajian pustaka yang menjadi konsentrasi judul penelitian penulis yaitu menyangkut kepemimpinan kepala madrasah, iklim kerja dan kinerja guru.

BAB ketiga : METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab tiga dalam tsesis ini penulis akan menyajikan lokasi penelitian, waktu penelitian, populasi dan sampel, metode penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB keempat : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab empat memaparkan hasil penelitian dan pembahasan yang akan dipaparkan tentang deskripsi hasil penelitian, anĂ¡lisis dan pembahasan maslah kepemimpinan kepala madrasah dan iklim kerja serta kinerja guru, kemudian dibahas mengenai hubungan antara kinerja kepala madrasah dan iklim kerja denga kinerja guru di MA Salafiyah Kanggraksan Kota Cirebon.

BAB kelima : PENUTUP.

Bab lima merupakan bab yang mengahiri dari karya ilmiah tesis ini, di dalamnya berisi mengenai kesimpulan dan saran.

 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel