Jenis-Jenis Kajian Feminisme Sastra
22/08/18
Tulis Komentar
Pada umumnya, kajian feminisme terhadap suatu karya sastra didasarkan pada teori-teori feminisme yang dikembangkan para tokoh feminis. Berikut ini adalah aliran feminisme berdasarkan teorinya (Rosemary,2010: 20-21):
Berdasarkan penjelasan di atas, dapatlah kemudian penulis mengambil kesimpulan bahwa kajian feminisme dalam analisis tokoh utama novel Satu Jodoh Dua Istikharah Karya Ma'mun Affany dalam penelitian ini mengacu pada feminisme psikonalisis yaitu fundamental atas cara bertindak perempuan berakar dalam psike perempuan, terutama dalam cara pikir perempuan.
Ada banyak isu-isu yang berkaitan dengan feminisme, teori-teori feminisme sendiri pada haikatnya dimunculkan oleh tokoh-tokoh feminis dalam menanggapi siu-isu tersebut. Dan diantara isu-isu feminisme yang paling mencolok adalah masalah ketidak adilan gender. Perbedaan gender sebenarnya bukan suatu masalah sepanjang perbedaan itu tidak melahirkan ketidakadilan gender. Ternyata banyak terjadi ketidakadilan bagi kaum perempuan. Ketidak adilan gender merupakan sistem dan struktur dimana kaum laki-laki atau perempuan menjadi korban atas sistem tersebut (Fakih, 2008: 26). Diantara bebarapa ketidak adilan gender bagi perempuan di antaranya adalah:
Gerak-gerik perempuan memiliki batasan yang jelas dalam masyarakat patriarki (Bhasin, 1996: 9-10). Hal tersebut akan terlihat ketika banyaknya aturan yang membatasi anak perempuan. Pembatasan ini dapat dicontohkan ketika anak perempuan akan keluar rumah, terdapat aturan untuk pergaulannya dengan lawan jenis maupun sesama. Terkadang bahkan ada tradisi pingitan untuk anak perempuan yang memasuki usia remaja, hal ini terjadi pada jaman sebelum Indonesia merdeka.
Hal senada juga diungkapkan oleh Abdullah (2006:6-7) yang menjelaskan bahwa ideologi familialisme merupakan akar dari penegasan perempuan untuk peran domestiknya. Ideologi ini membuat perempuan hanya ingin menjadi istri dan ibu yang baik. Penilaian baik dan buruk ini dilihat dari sudut pandang yang dibuat oleh masyarakat patriarki, yakni menjadi pendorong keberhasilan suami dan dapat memberikan keturunan yang baik. Jika keduanya tidak dilakukan dengan baik, maka perempuan tersebut akan dinilai tidak bisa menjadi istri maupun ibu yang baik. Hal tersebut bisa dicontohkan bila anak nakal dan tidak menuruti perkataan orang tua, maka kesalahan akan dibebankan pada ibu, bukan ayah. Ibu dinilai tidak becus mendidik anak, dia dinilai gagal menjadi seorang ibu yang baik, namun tidak demikian dengan laki-laki.
- Feminisme liberal, feminisme liberal berusaha memperjuangkan agar perempuan mencapai persamaan hak-hak yang legal secara sosial dan politik.
- Feminisme radikal, feminisme radikal bertumpu pada pandangan bahwa penindasan terhadap perempuan terjadi akibat sistem patriarki. Tubuh perempuan merupakan objek utama penindasan oleh kekuasaan laki-laki. Oleh karena itu, feminisme radikal mempermasalahkan antara lain tubuh serta hak-hak reproduksi, seksualitas (termasuk lesbianisme), seksisme, relasi kuasa perempuan dan laki-lakidandikotomi privat publik.
- Feminisme marxis, menganut teori konflik yang berlandaskan pada pemikiran Karl Marx. Menurut Marx hubungan antara suami dan istri serupa dengan hubungan borjuis dan proletar. Pada sistem kapitalisme, penindasan perempuan malah dilanggengkan oleh berbagai cara dan alasan yang menguntungkan.
- Feminisme sosialis, teori yang dikemukakan oleh feminisme sosialis dikenal dengan teori patriarki kapitalis, yang diungkapkan pertama kali oleh Zillah Eisenstein, yakni menyamakan dialektika antara struktur kelas kapitalis dengan struktur hierarki seksual.
- Feminisme psikoanalisis, dalam teori ini dinyatakan bahwa penjelasan fundamental atas cara bertindak perempuan berakar dalam psike perempuan, terutama dalam cara pikir perempuan. Berdasarkan konsep Freud, seperti tahapan Oedipal dan kompleks Oedipus, mereka mengklaim bahwa ketidaksetaraan gender berakar dari rangkaian pengalaman dari masa kanak-kanak yang mengakibatkan bukan saja cara laki-laki memandang dirinya sebagai maskulindan perempuan memandang dirinya sebagai feminine, melainkan juga cara masyarakat memandang bahwa maskulinitas adalah lebih baik daripada feminitas.
- Feminisme eksistensialis, aliran ini dipelopori oleh Simone de Beauvoir yang memakai teori eksistensialisme dalam memaknai relasi laki-laki dan perempuan. Dalam bahasa ini laki-laki dinamai “Sang Diri”, sedangkan perempuan dinamai “Sang Liyan”. Pemikiran kritis Beauvoir menjadi pembuka jalan bagi para feminisme postmodern.
- Feminisme postmodern, feminis postmodern memandang dengan curiga setiap pemikiran feminis, yang berusaha memberikan suatu penjelasan tertentu, mengenai penyebab opresi terhadap perempuan, atau langkah-langkah tertentu yang harus diambil perempuan untuk mencapai kebebasan. Beberapa feminis postmodern begitu curiga mengenai pemikiran feminis tradisional, sehingga mereka menolak pemikiran tersebut. Misalnya Helene Cixous sama sekali tidak mau menggunakan istilah feminis dan lesbian. Menurutnya, kata-kata tersebut bersifat parasit dan menempel pada pemikiran falogosentris karena kedua kata tersebut berkonotasi “penyimpangan dari suatu norma dan bukannya merupakan pilihan seksual yang bebas atau sebuah ruang untuk solidaritas perempuan.
- Feminisme multicultural dan global, yaitu pandangan bahwa gagasan tentang “perempuan” ada sebagai bentuk platonik, yang seolah-olah setiap perempuan dapat sesuai dengan kategori itu. Kedua pandangan feminisme ini juga menafikkan “chauvinisme perempuan” yaitu kecenderungan dari segelintir perempuan, yang diuntungkan karena ras atau kelas mereka, misalnya, untuk berbicara atas nama perempuan lain.
- Ekofeminisme, berusaha untuk menunjukkan hubungan antara semua bentuk opresi manusia, tetapi juga memfokuskan pada usaha manusia untuk mendominasi dunia bukan manusia, alam. Karena perempuan secara cultural dikaitkan dengan alam, ekofeminis berpendapat ada hubungan konseptual, simbolik dan lingustik antara feminis dan isu ekologi. Menurut Karen J. Warren, keyakinan, nilai, sikap dan asumsi dasar dunia Barat atas dirinya sendiri dan orang-orangnya dibentuk oleh bingkai pikir konseptual patriarkal yang opresif, yang bertujuan untuk menjelaskan, membenarkan dan menjaga hubungan antara dominasi dan subordinasi secara umum serta dominasi laki-laki terhadap perempuan pada khususnya.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapatlah kemudian penulis mengambil kesimpulan bahwa kajian feminisme dalam analisis tokoh utama novel Satu Jodoh Dua Istikharah Karya Ma'mun Affany dalam penelitian ini mengacu pada feminisme psikonalisis yaitu fundamental atas cara bertindak perempuan berakar dalam psike perempuan, terutama dalam cara pikir perempuan.
Ada banyak isu-isu yang berkaitan dengan feminisme, teori-teori feminisme sendiri pada haikatnya dimunculkan oleh tokoh-tokoh feminis dalam menanggapi siu-isu tersebut. Dan diantara isu-isu feminisme yang paling mencolok adalah masalah ketidak adilan gender. Perbedaan gender sebenarnya bukan suatu masalah sepanjang perbedaan itu tidak melahirkan ketidakadilan gender. Ternyata banyak terjadi ketidakadilan bagi kaum perempuan. Ketidak adilan gender merupakan sistem dan struktur dimana kaum laki-laki atau perempuan menjadi korban atas sistem tersebut (Fakih, 2008: 26). Diantara bebarapa ketidak adilan gender bagi perempuan di antaranya adalah:
1.Patriarki
Walby (dalam Wiyatmi, 2010:100-101) menjelaskan bahwa patriarki merupakan sebuah sistem sosial yang pada praktiknya menempatkan laki-laki pada posisi yang berkuasa dan menindas perempuan. Sistem patriarki ini terjadi tidak hanya di ruang publik namun juga di privat. Keluarga merupakan awal kekuasaan laki-laki dibentuk dan dilanggengkan.Gerak-gerik perempuan memiliki batasan yang jelas dalam masyarakat patriarki (Bhasin, 1996: 9-10). Hal tersebut akan terlihat ketika banyaknya aturan yang membatasi anak perempuan. Pembatasan ini dapat dicontohkan ketika anak perempuan akan keluar rumah, terdapat aturan untuk pergaulannya dengan lawan jenis maupun sesama. Terkadang bahkan ada tradisi pingitan untuk anak perempuan yang memasuki usia remaja, hal ini terjadi pada jaman sebelum Indonesia merdeka.
Hal senada juga diungkapkan oleh Abdullah (2006:6-7) yang menjelaskan bahwa ideologi familialisme merupakan akar dari penegasan perempuan untuk peran domestiknya. Ideologi ini membuat perempuan hanya ingin menjadi istri dan ibu yang baik. Penilaian baik dan buruk ini dilihat dari sudut pandang yang dibuat oleh masyarakat patriarki, yakni menjadi pendorong keberhasilan suami dan dapat memberikan keturunan yang baik. Jika keduanya tidak dilakukan dengan baik, maka perempuan tersebut akan dinilai tidak bisa menjadi istri maupun ibu yang baik. Hal tersebut bisa dicontohkan bila anak nakal dan tidak menuruti perkataan orang tua, maka kesalahan akan dibebankan pada ibu, bukan ayah. Ibu dinilai tidak becus mendidik anak, dia dinilai gagal menjadi seorang ibu yang baik, namun tidak demikian dengan laki-laki.
Belum ada Komentar untuk "Jenis-Jenis Kajian Feminisme Sastra"
Posting Komentar