Contoh Proposal Skripsi Fak Ekonomi SDM Unswagati
12/09/18
Tulis Komentar
Fak Ekonomi Jursan Akuntasi adalah jurusan yang populer di Unswagati, dalam penyusunan Proposal dalam kampus Ini tentu memiliki aturannya tersendiri, demikan contoh proposal di jurusan tersebut:
Menurut Sekaran (2014:116) “Variabel adalah
apapun yang dapat membedakan atau membawa variasi pada nilai”. Variabel
dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel dependen dan dua variabel independen yaitu variabel Y (Kepuasan
Pelanggan), X1, (Kualitas Pelayanan) dan X2 (Harga) Adapun
gambaran desan penelitiannya adalah
sebagai berikut:
A. Judul
Pengaruh
Shift Kerja Dan Motivasi Kerja Terhadap Peningkatan Kinerja Karyawan Di
PT Dulmuin Celangcang Cirebon
B. Latar Belakang Penelitian
Salah satu faktor penentu keberhasilan perusahaan adalah
kinerja dan produktivitas karyawan. Setiap organisasi atau instansi dalam
melaksanakan program yang diarahkan selalu berdaya guna untuk mencapai tujuan
perusahaan. Salah satu caranya adalah meningkatkan kinerja karyawan. Strategi (strategy)
adalah kerangka acuan yang terintegrasi dan komprehensif yang mengarahkan
pilihan-pilihan yang menetukan bentuk dan arah aktivitas-aktivitas organisasi
menuju pencapaian tujuan-tujuannya (Simamora, 1997:38).
Sedangkan pengertian kinerja merupakan hasil kerja secara
kulitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara,
2005:67).
Berdasarkan penjelasan di atas dapatlah dipahami bahwa kinerja
pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan sehingga
mereka mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada instansi
atau organisasi termasuk pelayanan kualitas yang disajikan.
Secara umum ada dua faktor yang dapat mempengaruhi kinerja
karyawan dalam bekerja yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Kedua faktor
tersebut pada nantinya dapat mendorong atau memperlemah kinerja seorang Karywan
dalam suatu perusahaanya.
Faktor eksternal yang pada umumnya dapat mempengaruhi kinerja
karyawan adalah manajemen perusahan. Manajemen dalam sebuah perusahaan mencakup
segala hal yang berkaitan dengan jalannya sebuah perusahaan, baik itu dalam hal
penyeleskisan karyawan, pengaturan keuangan, dan samapai pada pengaturan waktu
kerja atau shiftt kerja karyawan. Sistem shiftt kerja
dapat berbeda antar instansi atau perusahaan, walaupun biasanya menggunakan
tiga shiftt setiap hari dengan delapan jam kerja setiap shiftt. Sementara
faktor internal yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan adalah motivasi kerja
yang dumiliki oleh seorang karyawan tertentu.
Penjelasan di atas seputar faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja Karywan itu sesuai dengan apa yang dinyatakan Dharma (2002:50) yang
menyatakan bahwa ada lima faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan yaitu :
1. Kejelasan dan penerimaan atas peranan seorang pekerja merupakan
taraf pengertian dan penerimaan seorang individu atas tugas yang diberikan
kepadanya. Makin jelas pekerja mengenai persyaratan dan sasaran yang dapat
dikerjakan untuk kegiatan ke arah tujuan.
2. Pelatihan. Suatu kegiatan yang di lakukan oleh perusahaan sebagai
proses pembelajaran dengan mengunakan teknik serta metode tertentu untuk
meningkatka keahlian dan keterampilan khusus yang dibutuhkan dalam lingkungan
pekerjaan.
3. Tingkat motivasi kerja. Motivasi kerja adalah daya energy yang
membara, mendorong, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku,.
4. Kemampuan, kepribadian dan minat. Yang sesuai dengan minat,
kemampuan dan kepribadian merupakan kecakapan seorang, seperti kecerdasan dan keterampilan.
Kemampuan pekerja dapat mempengaruhi kinerja karyawan dalam berbagai cara.
5. Pendidikan. Suatu proses,
teknik dan metode belajar dengan maksud mentransfer suatu pengetahuan dari
seseorang kepada orang lain sesuai dengan setandar yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Berdasarkan
kelima faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja karuwan sebagaimana yang
telah dijelaskan di atas dapatlah kemudian peneliti pahami bahwa masalah shift
kerja masuk pada poin ke satu dari faktor penyebab baik dan buruknya
kinerja, yaitu kejelasan dan penerimaan seorang pekerja yang tentunya didalamnya
memuat kejelasan waktu bekerja (perolehan pembagian shift kerja),
sementara itu berkenaan dengan motivasi kerja masuk pada poin ke tiga yang
dapat mempengaruhi kinerja. Berdasarkan hal tersebut maka dapatlah kemudian
dipahami bahwa secara teori, baik shift kerja maupun motivasi kerja pada
nyatanya dapat mempengaruhi kinerja seorang pekerja atau Karyawan.
Meskipun
berdasarkan teori-teori di atas, baik shift kerja maupun motivasi kerja
juga dinyatakan benar-benar berpengaruh pada kinerja karyawan, tapi pada
penelitian lapangan ternyata hasilnya tidak selalu demikian. Hal ini diungkap
melalui penelitian yang pernah dilakukan peneliti sebelumnya yang menyatakan:
Penelitian
yang dilakukan Pramono Satrio (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Shift Kerja Dan Stres Kerja Terhadap Kinerja Pramuniaga” telah didapat
data bahwa shift kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja
Pramuniaga dikarenakan nilai regresi yang ditemukan kurang dari kriteria
signifikansi.
Selanjutnya
dalam penelitian yang dilakukan Iwan Budi Santoso (2013) yang dalam
penelitianya mengangkat sebuah tema “ Strategi Peningkatan Kinerja Karyawan
Melalui Motivasi Kerja Dan Kompensasi Pada Karyawan PDAM” telah didapat hasil
penelitian yang menyatakan bahwa motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja
karyawan PDM, dikarenakan nilai regresi yang ditemukan lebih dari kriteria
signifikansi.
Dari
kedua hasil penelitian terdahulu di atas dapatlah kemudian pahami bhawa menurut
salah satu peneliti terdahulu rupanya shif kerja dikatakan tidak berpengaruh
sementara motivasi kerja dinyatakan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja
karywan. Poinnya hasil penelitan ke I bertentangan dengan teori sementara hasil
penelitian ke II sesuai dengan teori yang dikemukakan Dharma sebagaimana yang telah
dijelaskan dalam paragraph sebelumnya.
Berdasarkan
observasi awal yang dilakukan oleh peneliti pada 22-2-2018 di PT Dulmuin yang
terletak di Arjawinangun Kabupaten Cirebon telah didapat pengakuan dari 5
karyawan PT Dulmuin yang menyatakan bahwa “Peningkatan Kinerja Karyawan di PT Dulmuin
Arjawinangun Cirebon cenderung tidak setabil, hal tersebut terbukti dari
banyaknya penduduk asli Arjawinangun yang menjadi Karyawan di perusahaan
tersebut lebih memilih bekerja diperusahaan lain setelah beberapa bulan bekarja.
Oleh sebab itulah kebanyakan Karyawan di PT Dulmuin berasal dari luar
Arjawinangun atau bahkan dari luar Kota. Alasan utama dari banyaknya orang
Arjawinangun Asli yang kinerjanya menurun tersebut dikarenakan pembagian shift
kerja yang tak menentu dalam tiap bulannya. Meskipun demikian banyak juga
orang-orang Arjawinangun yang tetap bekerja di perusahaan tersebut, alasan
utama dari engganya sebagaian orang untuk keluar dari perusaahan tersebut
adalah karena motivasi ekonomi. Dalam kata lain jika mereka keluar dari PT
tersebut, akan sulit mencari pekerjaan lagi”.
Berdasarkan
hasil wawancara dengan 5 Karyawan PT Dulmuin dalam kegiatan observasi awal
sebagaimana di atas, dapatlah kemudian peneliti pahami, ada tarik ulur pengaruh
antara shift kerja dan motivasi
kerja terhadap kinerja Karyawan di perusahaan tersebut. Disatu sisi Shift
kerja yang tidak menentu itu mempengaruhi karyawan untuk keluar dari perusahaan
disisi lain motivasi kerja karyawan untuk bertahan memenuhi kebutuhan hidup
memaksa mereka untuk bertahan di perusahaan itu. Semacam ada perang batin dalam
diri karyawan. Hal tersebut tentu sebuah masalah penelitian yang unik bagi
peneliti, karena meskipun secara terori
baik shift kerja maupun motivasi kerja karyawan berpengaruh terhadap
knierja, tapi pada nyatanya ketika dua hal tersebut menimpa langsung pada
karyawan secara bersamaan pada nyatanya membuat bingung penulis, sebab belum
diketahui shift kerja atau motivasi kerja yang berpengaruh ataupun yang paling dominan dalam mempengaruhi baik buruknya
kinerja karyawan.
Berdasarkan
latar belakang masalah penelitian sebagaimana telah dipaparkan di atas maka
peneliti berkeinganan untuk melakukan pendalaman penelitian dengan mengangkat
sebuah tema penelitian dengan judul “Pengaruh Shift Kerja Dan Motivasi
Kerja Terhadap Peningkatan Kinerja Karyawan PT Dulmuin Arjawinangun Cirebon”
C. Rumusan Masalah
Rumusan
masalah dalam penelitian ini terdiri dari tiga macam pertanyaan penelitian,
adapun rumusanya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana shift kerja yang diterapkan
di PT Dulmuin Arjawinangun Kabupaten Cirebon?
2. Seperti apa motivasi kerja karywan PT Dulmuin Arjawinangun Kabupaten Cirebon?
3. Sejauh mana pengaruh shift kerja
dan motivasi kerja terhadap peningkatan kinerja karyawan di Arjawinangun
Kabupaten Cirebon?
D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Setelah
memahami rumusan masalah sebagaimana yang telah dijelaskan di atas maka tujuan
penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk memperoleh dan mendeskripsikan
data mengenai shift kerja yang diterapkan di PT Dulmuin Arjawinangun
Kabupaten Cirebon.
b. Untuk memperoleh dan mendeskripsikan
data mengenai motivasi kerja karywan PT Dulmuin
Arjawinangun Kabupaten Cirebon.
c. Untuk memperoleh dan mendeskripsikan
data mengenai pengaruh shift kerja dan motivasi kerja terhadap
peningkatan kinerja karyawan di Arjawinangun Kabupaten Cirebon.
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan
penelitian yang diharapkan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Kegunaan Teoritis
1)
Memperkaya
khasanah ilmu pengetahuan hasil penelitian seputar pendidikan shift kerja,
motivasi kerja dan kinerja karyawan
2)
Menjadi bahan
rujukan untuk penelitian yang sejenis pada masa yang akan datang atau menjadi
bahan informasi untuk penelitian sejenis selanjutnya.
b. Kegunaan Praktis
3)
Bagi calon
wirausahawan, hasil penelitian ini akan menambah pengetahuan dan wawasan
tentang shift kerja, motivasi kerja dan kinerja karyawan
4)
Membantu mahakaryawan
dalam usaha memahami shift kerja, motivasi kerja dan kinerja karyawan
E. Obyek Dan Jadwal Penelitian
1. Obyek Penelitian
Obyek
Penelitian dalam penelitian ini adalah PT Dulmuin Arjawinangun Kota Cirebon,
Perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang Furniture,
dengan spesifikasi produk kursi, meja, dan kerajninan lainnya yang terbuat dari
rotan maupun plastic.
2. Jadwal Penelitian
Jadwal
penelitian yang direncanakan dalam penelitian ini adalah dari mulai 23 Februari sampai 30 April 2018,
adapun waktu persiapan hingga disusunnya hasil penelitian adalah sebagaimana
tabel berikut :
Tabel 1
Tabel Jadwal
Penelitian Tahun 2018
No
|
Kegiatan
|
Bulan
|
Ket
|
||
Februari
|
Maret
|
April
|
|||
1
|
Pengajuan
judul persiapan penelitian, studi pustaka, observasi ijin penelitian, seminar
|
||||
2
|
Penelitian
lapangan dan pengumpulan data-datanya
|
||||
3
|
Pengolahan
data, serta penyusunan skripsi
|
F. Kajian Putaka, Kerangka Pemikiran Dan
Hipotesis
1. Kajian Pustaka
a. Shift Kerja
1) Pengertian Shift Kerja
Shift
kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi
biasanya shift kerja disamakan dengan pekerjaan yang dibentuk di luar
jam kerja biasa (08.00-17.00). Ciri khas tersebut adalah kontinuitas,
pergantian dan jadwal kerja khusus. Secara umum yang dimaksud dengan shift kerja
adalah semua pengaturan jam kerja, sebagai pengganti atau tambahan kerja siang
hari sebagaimana yang biasa dilakukan. Namun demikian adapula definisi yang
lebih operasional dengan menyebutkan jenis shift kerja tersebut. Shift
kerja disebutkan sebagai pekerjaan yang secara permanen atau sering pada
jam kerja yang tidak teratur. (Kuswadji, 1997: 74)
Menurut Suma’mur, (1994) “shift kerja
merupakan pola waktu kerja yang diberikan pada tenaga kerja untuk mengerjakan
sesuatu oleh perusahaan dan biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dan malam”.
Shift
kerja juga mempunyai pengertian suatu sistem pengaturan kerja yang memberi peluang
untuk memanfaatkan keseluruhan waktu yang tersedia untuk mengoperasikan
pekerjaan (Muchinsky, 1997).
Gordon
dan Henifin, (Muchinsky, 1997) mengatakan bahwa kerja shift adalah
jadwal kerja yang menggunakan jam kerja yang tidak seperti biasanya, akan tetapi
jam kerja tetap dimulai dari pukul 07.00-09.00 pagi Sedangkan menurut White dan
Keith, mendefinisikan shift kerja sebagai jadwal kerja di luar periode antara
jam 08.00-16.00. Pigors dan Myers, mengatakan shift kerja
adalah suatu alternatif untuk memperpanjang jam kerja bagi kehadiran
karyawan bila itu dibutuhkan untuk meningkatkan hasil produksi (Aamodt, 1991).
Pelaksanaan dari shift
itu sendiri adalah dengan cara bergantian, yakni karyawan pada periode
terntentu bergantian dengan karyawan pada periode berikutnya untuk melakukan
pekerjaan yang sama. Karyawan yang bekerja pada waktu normal digunakan istilah
diurnal, yaitu individu atau karyawan yang selalu aktif pada waktu siang hari
atau setiap hari. Sedangkan karyawan yang bekerja pada waktu malam hari
digunakan istilah nocturnal, yaitu individu atau karyawan yang bekerja atau
aktif pada malam hari dan istirahat pada siang hari (Riggio, 1990).
Kesimpulan dari beberapa definisi di
atas adalah, bahwa shift kerja merupakan sistem pengaturan waktu kerja
yang memungkinkan karyawan berpindah dari satu waktu ke waktu yang lain setelah
periode tertentu, yaitu dengan cara bergantian antara kelompok kerja satu
dengan kelompok kerja yang lain sehingga memberi peluang untuk memanfaatkan
keseluruhan waktu yang tersedia untuk mengoperasikan pekerjaan.
2) Sistem Shift Kerja
Sistem
shift kerja dapat berbeda antar instansi atau perusahaan, walaupun
biasanya menggunakan tiga shift setiap hari dengan delapan jam kerja
setiap shift. Menurut William yang dikutip oleh Sri Ramayuli (2004: 109)
dikenal dua macam sistem shift kerja yang terdiri dari :
a) Shift Permanen. Tenaga kerja bekerja pada shift yang
tetap setiap harinya. Tenaga kerja yang bekerja pada shift malam yang
tetap adalah orang-orang yang bersedia bekerja pada malam hari dan tidur pada
siang hari.
b) Sistem Rotasi. Tenaga kerja bekerja tidak terus-menerus di
tempatkan pada shift yang tetap. Shift rotasi adalah shift rotasi
yang paling menggangu terhadap irama circardian dibandingkan dengan shift
permanen bila berlangsung dalam jangka waktu panjang.
Shift
yang normal 8 jam/shift. Shift
kerja yang dilaksanakan 24 jam termasuk hari Minggu dan hari libur
memerlukan 4 regu kerja. Regu ini dikenal dengan regu kerja terus-menerus (3x8)
(ILO,1983).
Inggris
menggunakan sistem 2-2-2, sistem ini disebut dengan sistem rotasi pendek
masing-masing shift lamanya 2 hari dan pada akhir shift diberikan
libur 2 hari. Selain itu sistem 2-2-3 juga merupakan system rotasi pendek
dimana salah satu shift dilaksanakan 3 hari untuk 2 shift dilaksanakan
2 hari dan pada akhir periode shift diberikan libur 2 hari. Siklus ini
bergantian untuk stiap shift. Pada akhir shift malam diperlukan
istirahat sekurang-kurangnya 24 jam. Sistem rotasi ini dianjurkan oleh pakar
yang berpandangan modern dengan mempertimbangkan faktor sosial dan psikologis
untuk industri yang bergerak pada bagian manufaktur dan kontinyu. (Sri
Ramayuli, 2004: 54).
3) Efek Shift Kerja
Menurut Fish yang dikutip oleh Hery Firdaus (2005:89)
mengemukakan bahwa efek shift kerja yang dapat dirasakan antara lain:
a) Efek fisiologis
Kualitas tidur : tidur siang tidak seefektif tidur malam,
banyak gangguan dan biasanya dipelukan waktu istirahat untuk menebus kurang
tidur selama kerja malam. Menurunnya kapasitas kerja fisik kerja akibat
timbulnya perasaan mengantuk dan lelah. Menurunnya
nafsu makan dan gangguan pencernaan.
b) Efek psikososial
Efek menunjukkan masalah lebih besar dari efek
fisiologis, antara lain adanya gangguan kehidupan keluarga, hilangnya waktu
luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan menggangu
aktivitas kelompok dalam masyarakat.
Saksono menyatakan bahwa pekerjaan malam berpengaruh
terhadap kehidupan masyarakat yang biasanya dilakukan pada siang atau sore
hari. Sementara pada saat itu bagi pekerja malam dipergunakan untuk istirahat
atau tidur, sehingga tidak dapat beradaptasi aktif dalam kegiatan tersebut,
akibat tersisih dari lingkungan masyarakat (Saksono 1991: 65).
c) Efek kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang
diakibatkan oleh efek fisiologis dan psikososial. Menurunnya kinerja dapat
mengakibatkan kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku
kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kendali dan pemantauan.
d) Efek terhadap kesehatan
Shift kerja menyebabkan gangguan
gastrointesnal, masalah ini cenderung terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift kerja
juga dapat menjadi masalah terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah bagi
penderita diabetes.
e) Efek terhadap keselamatan kerja
Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan
dan keselamatan kerja yang dilakukan Smith et. al, melaporkan bahwa
frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja
(malam) dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69% per tenaga kerja. Tetapi tidak
semua penelitian menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi
pada shift malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cenderung
banyak terjadi selama shift pagi dan lebih banyak terjadi pada shift malam.
(Khairunnisa, 2001: 59).
b. Motivasi Kerja
1) Pengertian Motivasi Kerja
Motivasi berasal dari kata motiv yang diartikan
sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motiv
dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek. Untuk
melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motiv
dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Maka motivasi
dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif (Sardiman A.M.,
1996:73).
Mc. Donald, yang dikutip oleh Sardiman A.M (1996:73)
mengemukakan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang
ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap
adanya tujuan. Menurut Abdul Rahman Shaleh (2004:132) “motivasi adalah
segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong
seseorang untuk memenuhi kebutuhan”.
Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa motivasi kerja
adalah merupakan segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan kinerja
dalam mencapai tujuan kerja yang di inginkan dengan mengarahkan segenap
kemampuan potensi dalam dirinya. Motivasi juga dapat dikatakan sebagai rangkaian
usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga seseorang mau dan
berkeinginan untuk melakukan pekerjaannya.
2) Macam-Macam Motivasi
Menurut Wina Sanjaya (2008: 256) bahwa motivasi
dapat dibedakan yaitu ada yang muncul dari dalam diri individu atau motivasi
intrinsik dan ada yang datang dari luar diri yang disebut motivasi ekstrinsik.
a) Motivasi
intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi
intrinsik adalah motiv-motiv yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan
untuk melakukan sesuatu. Motiv ini berkembang dengan sendirinya.
b) Motivasi
ekstrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi
ekstrinsik adalah motiv-motiv yang aktif dan berfungsi karena adanya
perangsang dari luar diri individu.
Motivasi ekstrinsik ini tidak timbul dan berkembang dengan sendirinya,
melainkan selalu berdasarkan interaksi dengan situasi dan sesuatu yang terdapat
di luar individu.
3) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi
Kerja
Ada tiga faktor yang mempengaruhi motivasi, yaitu:
motiv dasar, motiv sosial dan motiv objektif (Effendi dan Juhaya S. Praja 1984:
62).
a) Motiv
dasar (basic motive)
Motiv dasar yaitu motiv yang berasal dari kebutuhan
biologis atau keinginan yang bersifat organisme. Motiv dasar ini bagi individu
keberadaannya tidak perlu dipelajari karena motiv dasar ini merupakan dorongan
yang dimiliki individu sebagai pembawaan, motiv dasar ini akan mengalami perubahan
ke tingkat motiv yang lebih tinggi sesuai dengan perubahan individu, maka
sangat besar pengaruhnya terhadap motivasi selanjutnya.
b) Motiv
Sosial (Sosial Motive)
Motiv sosial adalah jenis motiv yang dipelajari dan
berbeda-beda pada setiap individu atau karyawan, motiv ini merupakan
pengembangan dari motiv dasar. Motiv sosial ini memerlukan perhatian yang
banyak dari orang tua dan guru karena motiv sosial ini mempunyai variasi pada
setiap lingkungan individu.
c) Motiv
objektif
Motiv objektif ini sama dengan motiv sosial, perlu
dipelajari untuk mengetahui dan memahami kondisi yang sebenarnya mengenai karyawan
dalam melakukan berbagai aktifitas kerjanya.
c. Peningkatan Kinerja
1) Pengertian Kinerja
Kinerja
menurut Amstrong dan Baron seperti dikutip oleh Wibowo adalah tentang melakukan
pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja merupakan
hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis
organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi (Wibowo, 2008: 222).
Menurut
Simanjuntak, (2005: 210) definisi kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas
pelaksanaan tugas tertentu. Kinerja setiap orang dipengaruhi oleh banyak faktor
yang dapat digolongkan pada tiga kelompok, yaitu kompetensi individu orang yang
bersangkutan, dukungan organisasi, dan
dukungan manajemen.
Dari
definisi-definisi tersebut kinerja merupakan suatu hasil dari tindakan seorang
pekerja sesuai dengan pekerjaannya dan diawasi oleh orang-orang tertentu yaitu
seorang atasan atau pimpinan dan dukungan dari organisasi.
2) Indikator Kinerja
Kinerja
karyawan secara objektif dan akurat dapat dievaluasi melalui tolak ukur tingkat
kinerja. Pengukuran tersebut berarti memberi kesempatan bagi para karyawan
untuk mengetahui tingkat kinerja mereka. Memudahkan pengkajian kinerja
karyawan, lebih lanjut Mitchel dalam dalam Soedarmayanti (2001:51), mengemukakan
indikator-indikator kinerja yaitu sebagai berikut:
a) Kualitas
Kerja (Quality of work)
b) Ketetapan
Waktu (Pomptnees)
c) Inisiatif
(Initiative)
d) Kemampuan
(Capability)
e)
Komunikasi (Communication)
Indikator
kinerja karyawan di atas akan dibahas di bawah untuk lebih mempermudah dalam
memahami kinerja karyawan, yaitu sebagai berikut :
a)
Kualitas Kerja (Quality
of work) adalah kualitas kerja yang dicapai
berdasarkan
syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya yang tinggi pada gilirannya akan
melahirkan penghargaan dan kemajuan serta perkembangan organisasi melalui
peningkatan pengetahuan dan keterampilan secara sistematis sesuai tuntutan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang pesat.
b)
Ketetapan Waktu
(Pomptnees) yaitu berkaitan dengan sesuai atau tidaknya waktu
penyelesaian pekerjaan dengan target waktu yang direncanakan. Setiap pekerjaan
diusahakan untuk selesai sesuai dengan rencana agar tidak mengganggu pada
pekerjaan yang lain.
c)
Inisiatif (Initiative)
yaitu mempunyai kesadaran diri untuk melakukan sesuatu dalam melaksanakan
tugas-tugas dan tanggung jawab. Bawahan atau karyawan dapat melaksanakan tugas
tanpa harus bergantung terus menerus kepada atasan.
d)
Kemampuan (Capability)
yaitu diantara beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang, ternyata
yang dapat diintervensi atau diterapi melalui pendidikan dan latihan adalah
faktor kemampuan yangdapat dikembangkan.
e)
Komunikasi (Communication)
merupakan interaksi yang dilakukan oleh atasan kepada bawahan untuk
mengemukakan saran dan pendapatnya dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
Komunikasi akanmenimbulkan kerjasama yang lebih baik dan akan terjadi
hubunganhubungan yang semangkin harmonis diantara para karyawan dan para
atasan, yang juga dapat menimbulkan perasaan senasib sepenanggungan.
3) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Tercapainya
suatu kinerja seseorang atau pekerja karena adanya upaya dan tindakan yang
dihasilkan. Upaya tersebut yaitu berupa hasil kerja (kinerja) yang dicapai oleh
pekerja. Kinerja dapat dihasilkan dari pendidikan, pengalaman kerja dan
profesionalisme. Pendidikan adalah modal dasar dan utama seorang pekerja dalam
mencari kerja dan bekerja. Pengalaman dalam bekerja berkaitan dengan masa kerja
karyawan, semakin lama seseorang bekerja pada suatu bidang pekerjaan maka
semakin berpengalaman orang tersebut, dan apabila seseorang telah mempunyai
pengalaman kinerja pada suatu bidang pekerjaan tertentu, maka ia mempunyai
kecakapan atas bidang pekerjaan yang ialakukan Profesionalisme adalah gabungan
dari pendidikan dan pengalaman kerja yang diperoleh oleh seorang pekerja. Ada
beberapa hal untuk membangun mentalitas profesional menurut Jansen H. Sinamo (2007:289) salah satunya adalah
mentalitas mutu yaitu seorang professional menampilkan kinerja terbaik yang
mungkin, mengusahakan dirinya selalu
berada di ujung terbaik (cutting edge)
bidang keahliannya, standar kerjanya yang tinggi yang diorientasikan
pada ideal kesempurnaan mutu.
Menurut
Soedarmayanti (Gatot Subrata 2009: 38) seperti yang dikutip oleh Gatot Subrata,
ada beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja atau prestasi kerja
adalah faktor kemampuan (ability)
dan faktor motivasi (motivation). Faktor kemampuan di dapat dari
pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill) sedangkan
motivasi terbentuk dari sikap (attitude) dalam menghadapi situasi kerja.
2. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran atau anggapan dasar menurut Winarno
Surakhmad (Arikunto, 2013:104) adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya
diterima oleh penyelidik. Dengan demikian anggap dasar dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Semakin
baik kualitas pelayanan pada JNE cabang Cirebon timur maka semakin baik pula kepuasan pelanggan,
karena baiknya pelayanan pada dasarnya akan berdampak pada baiknya tingkat
kepuasan pelanggan, begitupun juga sebaliknya, semakin buruk kualitas
pelayanannya maka semakin buruk juga kepuasan pelanggannya.
b. Semakin
baik atau sesuainya harga produk jasa dengan apa yang didapat pelanggan yang
menggunakan jasa pengiriman barang khususnya JNE cabang Cirebon timur maka
semakin baik pula kepuasan pelanggan, karena pada dasarnya kesesuaian harga
yang dibayarkan dengan pelayanan yang diberikan akan dapat berdampak pada
kepuasan pelanggan, begitupun sebaliknya semakin tidak sesuainya harga yang
dibayarkakn dengan pelayanan jasa yang didapat pelanggan akan berdampak pada
buruknya kepuasan pelanggan.
3. Hipotesis
Menurut Sugiyono (2016:224) “hipotesis adalah
jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian”. Berdasarkan
anggapan dasar diatas, maka peneliti menyusun hipotesis sebagai berikut:
H1 : Terdapat pengaruh yang
signifikan antara kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan.
H2 : Terdapat pengaruh yang
signifikan antara harga dan kepuasan pelanggan
H3 : Kualitas pelayanan dan harga secara bersama-sama mempengaruhi
peningkatan kepuasan pelanggan.
G. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Menurut Arikunto "metode
penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data
penelitianya”. Sedangkan Sugiono, menerangkan "metode penelitian
dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data valid".
Berdasarkan penjelasan diatas dapat di simpulkan bahwa metode adalah cara yang
akan digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dan pengolahan data dalam
penelitian. (Arikunto, 2013: 113).
Adapun jenis penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif
deskriptif studi kasus, yaitu penelitan yang dilakukan karena peristiwa yang
diteliti sedang atau sudah terjadi sebelumnya yaitu mengenai pengaruh kualitas
pelayanan dan harga terhadap kepuasan pelanggan pada pengiriman paket JNE
Cabang Cirebon.
2. Oprasionalisasi Variabel
|
|
3. Populasi Dan Sampel
a. Populasi
Populasi merupakan wilayah generasi yang terdiri dari
obyek/subyek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut
Sekaran (2014:121) bahwa: “Populasi (population) mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian,
atau hal minat yang ingin peneliti investigasi.” Adapun populasi dalam
penelitian ini yaitu pengguna jasa
paket pengiriman JNE dalam rentang 1 minggu di JNE cabang Cirebon timur yang
belum dapat ditentukan banyaknya.
b. Sampel
Sampel
merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut, ataupun bagian kecil dari angggota populasi yang diambil menurut
prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya. Menurut Sekaran (2014:123) menyebutkan bahwa: “Sampel adalah sebuah proses memilih sejumlah elemen secukupnya dari
populasi sehingga penelitian terhadap sampel dan pemahaman tentang sifat atau
karakteristik tersebut pada elemen populasi.”
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling yang didasarkan pada kriteria-kriteria
tertentu yang sesuai dengan tujuan penelitian ini. Menurut Sekaran (2014:136) mendefinisikan bahwa:
“Purposive sampling adalah teknik
pengambilan sampel dimana pengambilan sampel dalam hal ini terbatas pada jenis
orang tertentu yang dapat memberikan informasi yang diinginkan, entah karena
mereka adalah satu-satunya yang dimiliki, atau memenuhi beberapa kriteria yang
ditentukan peneliti.
Adapun kriteria yang ditentukan dalam
pengambilan sampel adalah sebagai berikut :
1. Sampel merupakan pengguna jasa paket pengiriman JNE
cabang Cirebon timur dalam rentang 1 minggu kerja.
2. Sampel bukan orang yang baru pertama kali
menggunakan jasa paket pengiriman JNE cabang Cirebon timur.
3. Sampel sebelum menggunakan jasa paket pengiriman
JNE cabang Cirebon timur telah mengetahui jasa serupa dalam perusahaan lain.
4. Sampel bukan merupakan pengusaha atau pedagang
online.
Dari
keriteria yang telah ditentukan tersebut telah ditentukan sampel penelitian
sebagai berikut:
Tabel 2
Proses
Pemilihan Sampel
No
|
Keterangan
|
Jumlah
|
1
|
Sampel
merupakan pengguna jasa paket pengiriman JNE cabang Cirebon timur dalam
rentang 1 minggu kerja.
|
-
|
2
|
Sampel
bukan orang yang baru pertama kali menggunakan jasa paket pengiriman JNE
cabang Cirebon timur.
|
-
|
3
|
Sampel
sebelum menggunakan jasa paket pengiriman JNE cabang Cirebon timur telah
mengetahui jasa serupa dalam perusahaan lain.
|
-
|
Sampel
bukan merupakan pengusaha atau pedagang online.
|
-
|
|
Jumlah Karyawan
yang dijadikan sampel penelitian
|
Belum
dilakukan Penelitian
|
Berdasarkan
seleksi kriteria sampel tersebut nantinya
akan didapat sampel penelitian yang akan di inginkan dengan baik dan terarah.
Sehingga nantinya data penelitian dapat dipertanggungjawabkan.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Observasi
Observasi
digunakan untuk memperoleh data awal seputar objek penelitian dan latar
belakang masalah penelitian.
b. Wawancara
Wawancara
digunakan untuk menanyakan hal-hal yang dicari peneliti guna untuk mendapatkan
jawaban sementara dari responden seputar kepuasan
kerja, motivasi
kerja dan peningkatan
kinerja karyawan.
c. Angket
Angket
digunakan untuk memperoleh jawaban dari tiap-tiap variable penelitian yaitu Y (kinerja karyawan),
X1 (kepuasan kerja)
dan X2 (motivasi kerja).
Adapun sekala yang digunakan dalam pembuatan angket adalah skala likert,
dengan menyuguhkan pertanyaan/pernyataan positif dan negative yang terdiri dari
lima jawaban SS (sangat setuju), S (setuju), RG (ragu-ragu), TS (tidak setuju)
dan STS (sangat tidak setuju). Adapun bentuknya sebagai berikut:
Tabel
3
Bentuk
Angket Variabel Dependen dan Independen
No.
|
Arah pertanyaan
|
Jawaban
|
||||
SS
|
S
|
RG
|
TS
|
STS
|
||
1.
|
Positif atau menyenangkan
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
2.
|
Negatif atau tidak menyenangkan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
d. Dokumentasi
Dokumentasi
adalah teknik pengambilan data penelitian oleh penulis dengan jalan menelusuri
dokumen-dokumen objek penelitian yang berkaitan serta usaha peneliti dalam
rangka mendokumentasikan kondisi PT
Dulmuin Arjawinangun Kab Cirebon.
5. Metode Analisis Data
a.
Analisis Statistik Deskriptif
Analisis ini digunakan untuk menganalisis data
kuantitatif yang diolah menurut perhitungan dalam variabel penelitian, sehingga
dapat memberikan penjelasan atau gambaran mengenai kondisi selama periode
pengamatan. Menurut Ghozali ( 2013:19) menjelaskan bahwa:
“Statistik deskriptif memberikan
gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean),
standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtoris dan skewness
(kemencengan distribusi)”.
- Uji
Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik bertujuan untuk memberikan kepastian apakah
model regresi yang diperoleh memiliki ketepatan dalam estimasi dan tidak bias.
Model regresi akan menghasilkan estimator yang tidak bias jika telah memenuhi
asumsi klasik. Asumsi klasik yang akan diuji dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
- Uji
Normalitas
Uji normalitas bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual
memiliki distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik
menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali,
2013:160). Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal
atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.
d.
Uji
Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka
variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar
sesama variabel
independen sama dengan nol (Ghozali, 2013:105).
Menurut Ghozali (2013:105) salah satu cara untuk
mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah
dengan melihat kriteria sebagai berikut:
1. Jika nilai VIF > 10 atau jika nilai
tolerance < 0,1 maka ada multikolinearitas dalam model regresi.
2. Jika nilai VIF < 10 atau jika nilai
tolerance > 0,1 maka tidak ada multikolinearitas dalam model regresi.
e. Uji
Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan
menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual
(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.
Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali,
2013: 110)
Ada salah satu cara yang dapat digunakan
untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, yaitu uji Durbin Watson (DW
Test) digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model
regresi dan tidak ada variabel lagi
di antara variabel independen. Hipotesis
yang akan diuji adalah (Ghozali, 2013:111):
H0:
tidak ada autokorelasi (r = 0)
Ha:
ada autokorelasi (r ≠ 0)
Adapun ketentuan yang dijadikan bahan dalam
pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi dengan menggunakan Uji
Durbin Watson menurut Ghozali (2013:111), adalah sebagaimana tabel 3.5 berikut:
Tabel 4
Interval Durbin Watson
Hipotesis Nol
|
Keputusan
|
Jika
|
Tidak ada autokorelasi positif
|
Tolak
|
0 < d <
dl
|
Tidak ada autokorelasi positif
|
No decision
|
dl ≤ d ≤ du
|
Tidak ada korelasi negative
|
Tolak
|
4 – dl < d
< 4
|
Tidak ada korelasi negative
|
No decision
|
4 – du ≤ d ≤ 4
– dl
|
Tidak ada autokorelasi, positif atau
negative
|
Tidak ditolak
|
du < d
<4 – du
|
Sumber: Ghozali (2013:111)
f. Uji Heterokedastisitas
Uji
Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varian dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi
yang baik adalah Homoskedastisitas,
tidak Heteroskedastisitas (Ghozali, 2011:139)
g. Analisis Regresi
Linear Berganda
Metode analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Analisis Regresi Linear Berganda. Analisis regresi
linear berganda dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana variabel
independen mempengaruhi variabel dependen. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari variabel
independen terhadap variabel dependen maka digunakan model regresi linear berganda yang dirumuskan sebagai berikut
(Ghozali, 2013:99):
|
Keterangan
:
Y =
Kepuasan Pelanggan
a =
Konstanta
b
= Koefisien Regresi
X1 = Kualitas
Pelayanan
X2 = Harga
e = Kesalahan
Dasar analisis untuk
menjelaskan persamaan tersebut, yaitu sebagai berikut:
Jika X = 0, maka nilai dari
Y adalah sebesar konstanta (α) Jika X = 1, artinya ketika X mengalami kenaikan 1% maka
variabel Y akan mengalami peningkatan sebesar 1.
h. Pengujian
Hipotesis (Uji Parsial / Uji t)
Menurut
Ghozali (2013:98) menyatakan bahwa: “Uji statistik t pada dasarnya
menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara
individual dalam menerangkan variasi variabel dependen”.
Pengambilan
keputusan uji hipotesis secara parsial didasarkan pada nilai probabilitas yang
didapatkan dari hasil pengolahan data melalui SPSS statistik parametrik sebagai
berikut (Ghozali, 2013:98):
Langkah-langkah
pengujian:
1. Merumuskan
hipotesis
H0 : b1
= 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen
(X) terhadap variabel dependen (Y).
Ha : b1 ¹ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan
dari variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y).
2. Menentukan
tingkat signifikan (a)
Tingkat signifikansi (significant level) yang digunakan sebesar 5%.
3. Kriteria
pengambilan keputusan
H0 diterima jika : nilai signifikansi a > 5%
H0 ditolak jika : nilai signifikansi a < 5%
i.
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien
Determinasi (R2) adalah mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan
satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi untuk memprediksi variabel
dependen.
Nilai adjusted R2
dapat bernilai negatif walaupun yang dikehendaki harus bernilai positif.
Menurut Gujarati (2003), jika dalam uji empiris didapat nilai adjusted R2
negatif maka nilai adjusted R2 dianggap nol. Secara matematis jika
nilai R2 = 1, maka adjusted R2 = R2 = 1
sedangkan jika R2 = 0, maka adjusted R2 = (1 - k) (n –
k). Jika k > 1, maka adjusted R2 akan bernilai negatif.
Belum ada Komentar untuk "Contoh Proposal Skripsi Fak Ekonomi SDM Unswagati"
Posting Komentar